Badan Kesehatan Dunia yang kita kenal dengan sebutan World Health Organization (WHO) memberitakan kabar tentang mewabahnya suatu virus pada tanggal 31 Desember 2019 dari Wuhan City, Hubei Province, Tiongkok. Virus yang telah mengubah total keadaan dunia menjadi kacau balau dalam segala sendi kehidupan. Kasus pertama tercatat pada tanggal 11 Januari 2020 yang pada saat itu akibat mewabahnya virus tersebut, sehingga menjadi catatan korban hanya dapat terjangkit di sekitar Wuhan City saja. Namun dengan saling bertukar informasi bahwa virus tersebut dapat menular dengan sangat cepat dengan cara mediasi melalui manusia/ interaksi antar manusia sehingga tidak tertutup kemungkinan akan menjangkiti seluruh manusia di berbagai negara. Hal ini tentu sangat genting, karena berpotensi menjadi bom waktu yang akan mematikan seluruh aktivitas dan bahkan populasi manusia. Menanggapi momok yang begitu menakutkan tersebut Direktur Jenderal WHO memberikan status gawat darurat pada Badan Kesehatan Dunia sekitar 3 bulan yang lalu.
Jika setiap individu dalam berbagai belahan negara tidak sigap menyelesaikan penyebaran vidur ini, kematian besar bakal menimpa dunia ini. Dulu kita telah mempelajari dan memahami bagaimana Perang Dunia II terjadi. Perang tersebut memberikan pelajaran bahwa suatu negara mempunyai konflik kepentingan dengan negara lain. Namun berbeda saat sekarang ini, jika kita ikuti wabah virus bisa saja merupakan senjata biologis pada Perang Dunia berikutnya, ketika kita mengetahui suatu virus dapat membunuh maka dapat dikatakan ada kepentingan antar negara yang benturannya tidak kita ketahui negara apa saja itu. Jika hal yang demikian benar, maka agar peperangan dapat kita kendalikan apa yang dapat dilakukan oleh setiap warga negaranya masing-masing. Jika ditanya pada hati nurani tentu kebanyakan dari manusia memiliki pemikiran yang sama, yakni hidup dengan tentram, damai dan sejahtera.
Rasa kepedulian dan solidaritas tinggi sangat dibutuhkan oleh setiap individu dan antarnegara. Hal ini sangat penting dilakukan bersama demi keselamatan dunia usaha tetap fokus pada penekanan laju pertumbuhan pandemi ini, dan memberikan semangat bagi Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) serta tidak lalai pada Orang Tanpa Gejala (OTG). Kesehatan manusia keseluruhannya mempunyai nilai yang amat besar karena pengaruhnya pada operasional negara itu sendiri, baik dari sendi kehidupan politik, ekonomi, hukum, seni sampai pada kreativitas individu maupun kelompok. Sejatinya, apabila pelayanan rumah sakit tidak lagi tersedia karena tidak adanya dokter dan perawat, ketiadaan alat dan obat-obatan, sistem diagnosis dan rujukan tidak lagi berjalan dengan semestinya maka kehancuran suatu negara akan segera datang.
Situasi wabah yang berasal dari Kota Wuhan itu populer dengan sebutan Covid-19 yang berarti Corona Virus Desease (Penyakit Virus Corona yang timbul tahun 2019). Sejarah mencatat kasus di Indonesia sangat dikhawatirkan dan bakal terus meningkat mengikuti distribusi eksponensial. Korban yang diketahui telah terpapar mendekati angka 3.000 dengan rincian 240 angka kematian terhitung sampai 8 April 2020 dan mendekati angka 200 pasien dinyatakan sembuh. Seperti bom waktu, kasus Covid-19 akan terus bertambah dan dilaporkan setiap harinya di berbagai provinsi di Indonesia. Gugus Percepatan Penanggulangan Covid-19 harus dibentuk seefektif mungkin dibantu dengan tim pakar pendamping berpengalaman yaitu kerjasama Badan Kesehatan Nasional dan Badan Intelijen Negara. Namun demikian harus menindaklanjuti prediksi perkembangan kasus Covid-19 yang sudah beredar dari beberapa pakar perguruan tinggi terkenal, seperti waktu puncak kasus tertinggi, berapa jumlah kasus yang akan ditemukan dan bahkan berapa kemungkinan jumlah kematian akibat Covid-19 disampaikan pada puncak tersebut. Tentu begitu menakutkan jika melihat hasil estimasi angka kematian tertinggi dilengkapi dengan rasa sedih dan pasrah. Apa pun kemungkinan yang akan terjadi, satu hal yang perlu diingat bahwa pasien positif tidak akan tertampung keseluruhannya di rumah sakit yang ada dan akibatnya pelayanan akan mengecewakan.
Angka kasus yang tersampaikan sangat tidak kredibel, karena didasari pada anggapan yang digunakan. Sebagai contoh, jika suatu daerah telah terjangkit, maka kita asumsikan seluruh pintu masuk baik dari darat, udara dan laut ditutup sehingga para pakar dapat memprediksi kasus tersebut kapan puncak penyebarannya dan kapan pula berakhir dibantu dengan intervensi yang kuat dari pemerintah dalam memberlakukan social distancing dan isolasi bagi yang sudah tertapapar Covid-19. Sementara pada kenyataannya adalah masih adanya kerumunan yang didapati yang tidak diikuti dengan physical distancing. Tentu apa kita harapkan sebelumnya tidak akan terwujud dan berakibat pada bertambahnya jumlah manusia yang terjangkit Covid-19. Peraturan harus ditegakkan, dimodelkan simulasi penutupan arus kendaraan, rencana penutupan sementara tempat perbelanjaan, penyemprotan anti Covid-19 (disinfektan), penundaan arus mudik lebaran, sampai punishment berupa denda bagi pelanggar peraturan. Strategi yang perlu dipertimbangkan adalah strategi yang kemudian diikuti langkah operasional yang mampu memberi dampak bermakna pada pencegahan penularan, mampu mengatasi kekurangan kebutuhan fasilitas kesehatan, mampu mengurangi dampak sosial-ekonomi yang terjadi, dan berdasarkan pada sistem dan sumber daya yang ada. Usulan strategi disampaikan tanpa uraian panjang, berupa pokok gagasan saja. Sebab itu, saya mengusulkan beberapa strategi penanggulangan Covid-19 sebagai berikut:
- Physical Distancing
Sejak awal physical distancing atau jaga jarak menjadi kunci sukses di dalam pelaksanaan pengendalian penularan. Saat ini dirasa perlu oleh pemerintah memperkuat physical distancing dengan meningkatkan kedisiplinan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB agar terbangun keefektifan physical distancing di tengah masyarakat. Tujuannya tidak diartikan dengan melarang. Jika adanya pelarangaan maka dikhawatirkan ekonomi masyarakat akan dengan sangat rentan menyusut. Dengan demikian dilakukan pembatasan mengingat kita tahu banyak kasus positif tanpa gejala atau yang lebih dikenal dengan OTG (Orang Tanpa Gejala). Untuk itu perlu meningkatkan kesadaran diri dengan cara rajin mencuci tangan, membersihkan rumah dan mencuci baju. Strategi awal ini kita perkuat dengan gerakan masker untuk semua apabila ada keperluan yang penting, mengingat kita tidak pernah tahu jika ada orang disekitar yang ternyata terpapar Covid-19.
- Melakukan Tes Covid-19 secara Massal dan Agresif
Tes secara Massal dan Agresif menjadi salah satu langkah penting dalam menyapu bersih penyebaran pandemi Covid-19. Seperti yang telah dilakukan negara Korea Selatan yang dapat melakukan 20 tibu tes per hari dan hingga kini sudah melakukan 466.000 tes. Dengan menerapkan metode yang aman, cepat, dan nyaman, yakni mel haalui tes drive-through. Dengan metode ini, masyarakat tak perlu turun dari kendaraan masing-masing untuk dapat dites. Proses tes dapat dilakukan kurang dari 10 menit dengan cara yang aman bagi para pekerja medis. Cara selain tes drive-through dapat dilakukan dengan melibatkan kerjasama antara Badan Kesehatan Nasional dan Badan Intelijen Negara, sehingga dalam ini akan membawa kesadaran bagi seluruh rakyat Indonesia.
- Pengungkapan Jejak
Strategi ketiga adalah pengungkapan jejak (tracing) atau mencari siapa saja yang telah menjalin kontak dekat dengan pasien positif. Dilakukannya metode ini untuk melacak dan mengobati mereka yang melakukan kontak dengan pasien yang positif. Upaya tracing dilakukan menyeluruh dengan menelusuri jejak rekam transaksi kartu kredit, rekaman kamera CCTV, rekam jejak aplikasi telepon genggam, hingga rekam jejak GPS mobil dari mereka yang dikonfirmasi positif terjangkit virus corona. Informasi terkait lokasi tertentu kemudian diberikan kepada publik sehingga mereka yang mungkin bertemu dengan pasien positif COVID-19 dapat melakukan tes.
- Perawatan dan Penyembuhan Secara Intensif
Perawatan pasien positif Covid-19 menjadi langkah keempat dalam upaya menangani dampak pandemi. Melihat deteksi awal dan perawatan intensif pada fase awal sebagai kunci. Pasien juga dibagi dalam empat kategori, yakni ringan, sedang, berat, dan sangat berat, sesuai dengan gejala yang ditunjukkan. Mereka dengan gejala ringan dirawat di fasilitas tertentu, sementara pasien dengan gejala sedang, berat dan sangat berat segera dirawat di fasilitas yang lainnya. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi penularan yang lebih rentan.
- Meningkatkan Partisipasi Warga Sipil dan Transparansi
Strategi kelima adalah meningkatkan kesadaran dan partisipasi sipil melalui transparansi informasi. Transparansi dan kepercayaan publik yang tinggi pada pemerintah jadi aspek penting dalam praktik pembatasan sosial di seluruh bagian negara. Transparansi pemerintah memiliki pengaruh besar terhadap kepercayaan masyarakat. Diharapkan masyarakat rasional dan bertanggung jawab dalam mengonsumsi kebutuhan sehari-hari dan wajib melakukan karantina mandiri karena hal tersebut dapat memperlambat penyebaran virus secara efektif.
Dengan mematuhi peraturan yang diberikan oleh pemerintah, maka pertambahan angka manusia yang telah terpapar Covid-19 dapat kita tekan. Oleh sebab itu marilah kita satu pemikiran, satu pemahaman, satu tujuan bahwasanya kita memiliki tekad yang kuat untuk melawan Covid-19. Selain itu kita juga wajib berserah diri kepada Sang Pencipta setelah kita berikhtiar tentunya agar kiranya Allah SWT melindungi kita semua umat manusia, bertaubat atas semua dosa yang telah diperbuat dan memohon ampun atas segala perbuatan kita yang telah merusak alam semesta ini. Semoga Allah SWT mendengar do’a kita semua dan semoga DIA menganggat wabah penyakit ini serta menghidupakan kembali roda perekomian.
Aamiin ya rabbal alaamiin.
Penulis;
Rizki Kurniawan Rangkuti, S.Pd., M.Pd
(Ketua Prodi Pendidikan Matematika UNIVA-LB)